MAHABBAH (cinta)
Mahabbah (cinta) merupakan tempat persinggahan yang menjadi ajang perlombaan di antara orang-orang yang suka berlomba, menjadi sasaran orang-orangyang beramal dan menjadi curahan orang-orang yang mencintai. Dengan sepoi anginnya, orang-orang yang beribadah merasakan ketenangan.
Cinta merupakan santapan hati, makanan ruh dan kesenangannya.
Cinta merupakan kehidupan, sehingga orang yang tidak memilikinya seperti orang mati.
Cinta adalah cahaya, siapa yang tidak memilikinya seperti berada di tengah lautan yang gelap gulita.
Cinta adalah obat penyembuh, siapa yang tidak memilikinya maka hatinya diendapi berbagai macam penyakit.
Cinta adalah kelezatan, siapa yang tidak memilikinya maka seluruh hidupnya diwarnai kegelisahan dan penderitaan.
Cinta adalah ruh iman dan amal, kedudukan dan keadaan, yang jika cinta ini tidak ada di sana, maka tak ubahnya jasad yang tidak memiliki ruh.
Cinta membawakan beban orang-orang yang mengadakan perjalanan saat menuju ke suatu negeri, yang tentu saja mereka akan keberatan jika beban itu dibawa sendiri.
Cinta menghantarkan mereka ke tempat persinggahan yang selainnya tak bisa menghantarkan mereka ke tujuan.
Cinta adalah kendaraan yang membawa mereka kepada sang kekasih.
Cinta adalah jalan mereka yang lurus, yang menghantarkan mereka ke tempat persinggahan pertama yang terdekat.
Demi Allah, para pemilik cinta telah pergi membawa kemuliaan dunia dan akhirat,sehingga akhirnya senantiasa bersama sang kekasih. Allah telah menetapkan bahwa seseorang itu bersama orang yang paling dicintainya.Sungguh ini merupakan kenikmatan tiada tara yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki cinta.
Jika pohon cinta ditanam di dalam hati dan disirami dengan air ikhlas serta mengikuti orang yang dicintai, tentu akan menghasilkan buah yang banyak dan bermacam-macam, yang bisa dipetik setiap saat dengan seizin Rabb-nya, yang akarnya tertancap kuat di dalam hati dan cabang-cabangnya menjulang tinggi hingga mencapai Sidratul-Muntaha.
Cinta tidak bisa dibatasi dengan batasan-batasan tertentu. Sebab batasan-batasan itu justru membuat cinta semakin sulit dideteksi dan tersembunyi. Batasannya adalah keberadaannya. Tidak ada sifat yang lebih pas untuk cinta selain dari kata cinta itu sendiri. Manusia hanya sekedar bicara tentang sebab, pendorong, tanda, bukti, buah dan hukum-hukum-nya. Batasan diri mereka berkisar pada enam unsur ini, dan pengungkapan mereka berbeda-beda, tergantung dari batas pengetahuan, kedudukan, keadaan dan kemampuan masing-masing dalam mengungkapkan cinta.
UNGKAPAN-UNGKAPAN TENTANG CINTA
Ada banyak ungkapan yang dinyatakan tentang jenis dan batasan cinta, tergantung dari pengaruh dan kesaksiannya, serta ungkapan-ungkapan lain yang diperlukan tentang cinta, di antaranya:
1. Cinta adalah kecenderungan yang terus-menerus di dalam hati yang membara. Pengertian ini tidak membedakan antara cinta yang khusus dan yang umum, antara cinta yang benar dan cinta yang cacat.
2. Mementingkan yang dicintai dari segala yang menyertai. Ini termasuk hukum cinta dan pengaruhnya.
3. Menyesuaikan diri dengan sang kekasih, ketika berada di dekatnya atau saat jauh darinya. Ini merupakan keharusan cinta dan tuntutan cinta yang tulus. Ini lebih sempurna dari dua pengertian di atas, dan bukan sekedar kecenderungan dan mementingkan kehendak. Sebab jika ada penyesuaian diri dengan sang kekasih, maka itu adalah cinta yang cacat.
4. Melebur cinta karena sifatnya dan menegaskan kekasih karena dzatnya. Ini termasuk hukum kefanaan dalam cinta, yaitu menghapus sifatsifat orang yang mencintai lalu melebur ke dalam sifat-sifat kekasih dan dzatnya.
5. Menyelaraskan hati dengan kehendak-kehendak kekasih. Ini juga termasuk keharusan dan hukum-hukum cinta.
6. Takut meninggalkan pengagungan sambil menegakkan pengabdian. Ini termasuk tanda dan pengaruh cinta.
7. Engkau menganggap sedikit pemberianmu yang banyak terhadap kekasih dan menganggap banyak pemberian kekasih kepada dirimu yang sedikit. Ini termasuk hukum, keharusan dan kesaksian cinta.
8. Engkau menganggap banyak kejahatanmu yang sedikit terhadap kekasih dan menganggap sedikit ketaatanmu yang banyak. Pengertian ini tak jauh berbeda dengan sebelumnya.
9. Selalu memeluk ketaatan dan meninggalkan penentangan. Ini merupakan hukum cinta dan keharusannya, dan merupakan perkataan Sahl bin Abdullah.
10.Masuknya sifat-sifat kekasih ke sifat orang yang mencintai. Maksudnya, nama sang kekasih dan sifat-sifat merasuk ke dalam hati orang yang mencintai, sehingga tidak ada yang menguasainya selain dari itu.
11.Engkau menyerahkan seluruh dirimu kepada siapa yang engkau cintai, sehinga sedikit pun engkau tidak berkuasa terhadap dirimu sendiri. Ini merupakan perkataan Abdullah Al-Qursyi.
12.Engkau harus menghapus selain yang engkau cintai dari hati. Ini merupakan perkataan Asy-Syibly. Kesempurnaan cinta menuntut yang demikian ini.
I3. Engkau tidak mencela dirimu terus-menerus untuk mendapatkan keridhaan kekasih, namun engkau tidak ridha terhadap perbuatan dan keadaanmu karena kekasih. Ini merupakan perkataan Ibnu Atha'.
14. Engkau cemburu terhadap kekasih, jika dia dicintai orang lain sepertimu. Ini merupakan perkataan Asy-Syibly. Artinya, engkau menganggap dirimu hina untuk mencintainya, karena ada juga yang mencintainya seperti cintamu.
15.Cinta adalah kehendak yang dahan-dahannya ditanamkan di dalam hati, lalu membuahkan kesesuaian dan ketaatan.
16. Orang yang mencintai lupa bagiannya karena sang kekasih dan dia lupa kebutuhan dirinya. Ini merupakan perkataan Abu Ya'qubAs-Susy.
17. Menghindari kelalaian dalam keadaan bagaimana pun. Ini merupakan perkataan An-Nashr Abady.
18.Menyatukan kekasih dengan ketulusan kehendak dan pencarian.
19. Menggugurkan semua kecintaan dari hati selain kecintaan kepada kekasih, Ini merupakan perkataan Muhammad bin Al-Fadhl.
20. Menundukkan pandangan hati dari selain kekasih karena cemburu dan menundukkan pandangan dari kekurangannya.
21. Kecenderunganmu kepada sesuatu secara total, lalu engkau lebih mementingkannya dibanding terhadap dirimu dan hartamu, lalu engkau menyesuaikan diri dengannya secara lahir dan batin, kemudian engkau mengetahui kekuranganmu dalam mencintainya.
22. Cinta adalah api di dalam hati, yang membakar selain semua kekasih.
23. Cinta adalah mengerahkan usaha dan tidak berpaling dari kekasih. Ini merupakan keharusan cinta, hak dan buahnya.
24. Cinta adalah ketidak sadaran yang tidak bisa sembuh kecuali menyaksikan sang kekasih. Ketika sudah menyaksikannya, maka ketidak sadarannya justru semakin sulit digambarkan.
25. Engkau tidak mementingkan selain kekasih dan tidak menyerahkan urusanmu kepada selainnya.
26.Masuk ke dalam penghambaan kekasih dan membebaskan diri dari perbudakan selainnya.
27. Cinta adalah perjalanan hati menuju sang kekasih dan lisan senantiasa. menyebut namanya. Perjalanan ini artinya kerinduan untuk bersua dengannya. Tidak dapat diragukan bahwa siapa yang mencintai sesuatu tentu dia akan banyak menyebutnya.
28. Cinta adalah sesuatu yang tidak berkurang karena pengabaian dan tidak bertambah karena kebaikan. Ini merupakan perkataan Yahya bin Mu'adz.
29. Yang disebut cinta ialah seluruh apa yang ada pada dirimu disibukkan oleh kekasih.
30. Ini merupakan ungkapan cinta yang paling menyeluruh dari ungkapan- ungkapan di atas, sebagaimana yang dituturkan Abu Bakar Al- Kattany, "Di Makkah diadakan dialog tentang masalah cinta, tepatnya pada musim haji. Banyak syaikh yang mengungkapkan pendapatnya tentang cinta ini. Sementara Al-Junaid saat itu merupakan orang yang paling muda di antara mereka. Orang-orang berkata kepadanya, "Sampaikan pendapatmu wahai penduduk dari Irak." Beberapa saat Al-Junaid menundukkan pandangannya dan air matanya pun menetes perlahan-lahan. Dia berkata, "Cinta ialah jika seorang hamba lepas dari dirinya, senantiasa menyebut nama Rabb-nya, memenuhi hak-hak-Nya, memandang kepada-Nya dengan sepenuh hati, seakan hatinya terbakar karena cahaya ketakutan kepada-Nya, yang minumannya berasal dari gelas kasih sayang-Nya, dan Allah Yang Maha Perkasa menampakkan Diri dari balik tabir kegaiban-Nya. Jika berbicara atas pertolongan Allah, jika berucap berasal dari Allah, jika bergerak atas perintah Allah, jika dia beserta Allah, dia dari Allah, bersama Allah dan milik Allah."
Mendengar ungkapannya ini semua syaikh yang hadir di sana menangis, dan mereka berkata, "Ungkapan ini sudah tidak memerlukan tambahan lagi. Semoga Allah melimpahkan pahala kepadamu wahai mahkota orang-orang yang arif."
TINGAKATAN-TINGAKATAN CINTA
1. Alaqah. Disebut alaqah (hubungan atau kaitan), karena adanya hubungan antara hati dengan sang kekasih.
2. Iradah (kehendak), yaitu kecenderungan hati kepada yang dicintai dan dicarinya.
3. Shababah, yaitu tumpahnya hati kepada kekasih yang tidak terbendung, seperti tumpahnya air ke tempat curahan.
4. Gharam (cinta yang menyala), yaitu cinta yang benar-benar merasuk ke dalam hati dan tidak dipisahkan darinya.
5. Widad (kasih), merupakan sifat cinta dan intinya. Al-Wadud merupakan sifat Allah. Ada dua makna tentang sifat ini: Allah yang dicintai,
dan Allah yang mencintai hamba, seperti sifat-Nya Al-Ghafur, yang berarti memberi ampun dan yang menerima ampunan serta taubat.
6. Syaghaf (cinta yang mendalam), artinya sampainya cinta ke hati yang paling dalam, seperti cintanya Al-Aziz terhadap Nabi Yusuf Alaihis- Salam.
7. Isyq, yaitu cinta yang memuncak dan berlebih-lebihan, sehingga dikha-watirkan akan menimbulkan dampak terhadap orangnya.
8. Tatayyum, atau penghambaan dan merendahkan diri. Taimullah artinya hamba Allah. Yutmu artinya kesendirian. Mutayyam artinya orangyang menyendiri dengan cintanya, seperti kesendirian anak yatim karena ditinggal mati ayahnya.
9. Ta'abbud. Ini setingkat di atas tatayyum. Yang disebut hamba ialah yang dirinya telah dikuasai sang kekasih dan tak ada sesuatu pun yang menyisa bagi dirinya. Semua yang ada pada dirinya menjadi milik kekasihnya, zhahir maupun batin. Inilah yang disebut hakikat ubudiyah Siapa yang sempurna ta'abbud-nya, maka sempurna pula tingkatannya. Jika martabat anak Adam sudah mencapai kesempurnaan ini, maka Allah menempatkannya pada kedudukan yang mulia. Saya pernah mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Saya mencapai martabat ini berkat kesempurnaan ubudiyah kepada Allah dan kesempurnaan ampunan Allah." Hakikat ubudiyah ialah cinta yang sempurna, merendahkan diri kepada kekasih dan tunduk kepadanya. Bangsa Arab biasa berkata,
"Thariqun ma'bad", artinya jalan yang sudah ditundukkan dan halus karena sering dilewati.
10.Khallah, yaitu cinta yang sudah merasuk ke dalam ruh dan hati orang yang mencintai, sehingga di dalamnya tidak ada tempat bagi selain kekasihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menjadikan aku sebagai kekasih, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih."
Inilah rahasia di balik sikap Ibrahim Al-Khalil yang menyembelih putranya dan belahan hatinya. Sebab ketika Kekasih meminta putra beliau, maka beliau langsung menyerahkannya. Kekasih akan cemburu terhadap kekasihnya jika di dalam hatinya ada tempat bagi selain dirinya. Maka Allah memerintahkan Ibrahim untuk membunuh putranya yang tercinta, agar di dalam hati beliau tidak ada cinta yang lain.
KERESAHAN
Kerinduan yang menjadi-jadi dan terbebas dari kesabaran di sebut KERESAHAN .
firman Allah yang mengisahkan Musa Alaihis-Salam, yang berkata,
"Aku bersegera kepada-Mu, ya Rabbi, agar Engkau ridha (kepadaku)." (Thaha: 84).
Musa bersegera karena didorong oleh keresahan hati, yaitu membebaskan kerinduan dengan bertemu Allah. Tapi menurut zhahir ayat ini, bahwa yang mendorong musa tergesa-gesa ialah karena mencari keridhaan-Nya, dan keridhaan Allah muncul jika segera melaksanakan perintah-Nya. Karena ayat inilah
orang-orang salaf berhujjah bahwa shalat pada awal waktu itu lebih afdhal.
Saya pernah mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan hal ini, seraya berkata, "Ridha Allah ada dalam penyegeraan perintah-Nya."
DERAJAT KERESAHAN
1. Keresahan yang menyempitkan akhlak, yang membuat benci kepada manusia dan merasakan kenikmatan maut.
Akhlak orang yang resah menjadi sempit dalam menghadapi orang lain, apalagi mengikat mereka. Membuat benci kepada manusia, artinya orangnya tidak suka bergaul dengan manusia, karena keresahannya lebih suka menyendiri dan tidak bergaul dengan mereka.
Saya pernah diberitahu rekan-rekan Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah, bahwa pada awal mulanya dia suka pergi ke tengah padang pasir dan tidak mau bergaul dengan manusia, jika ada suatu kekuatan yang tidak mampu dilawannya. Maka suatu hari aku membuntuti di belakangnya.Ketika sudah tiba di tengah padang pasir, dia menghela napas dalam-dalam, kemudian melantunkan syair Laila Majnun,
"Aku keluar meninggalkan perkampungan agar aku bisa berbincang dengan jiwamu sendirian."
Orang yang resah karena rindu tentu ingin bertemu kekasihnya. Jika dia ingat mati, maka dia merasakan kenikmatan, sebagaimana musafir yang merasa senang jika membayangkan pertemuan dengan keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
2. Keresahan yang mengalahkan akal, mengosongkan pendengaran dan menghambat kekuatan. Hampir saja keresahan ini menundukkan dan mengalahkan akal.
Tapi karena belum mencapai derajat kesaksian, maka akal tidak bisa ditundukkan. Sebab yang bisa menundukkan akal adalah kesaksian. Mengosongkan pendengaran, artinya membuat pendengaran itu tidak peduli terhadap peringatan orang lain. Yang diinginkannya hanyalah pengabaran tentang kekasih. Menghambat kekuatan, artinya kekuatan sabar tidak mampu untuk mengenyahkan keresahan itu.
3. Keresahan yang tidak mengasihi selamanya, yang tidak menerima batasan dan yang tidak membiarkan seseorang.
Keresahan ini benar-benar sudah menguasai orangnya, karena keresahan ini berasal dari kesaksian. Dia tidak mau menerima batasan dihadapannya. Keresahan ini berkuasa dan tidak bisa dikuasai, mengendalikan hati dan tidak bisa dikendalikan, sehingga kehadiran seseorang dianggap tidak ada.
RINDU
Allah befirman
"Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka
sesungguhnya waktu (yang dijanjikan Allah itu pasti datang." (Al-Ankabut: 5).
Ada yang berpendapat, ini merupakan hiburan bagi orang-orang yang rindu. Dengan kata lain, Aku tahu bahwa siapa yang mengharap perjumpaan dengan-Ku, berarti dia rindu kepada-Ku. Aku telah mempercepat waktu baginya sehingga terasa dekat, dan waktu itu pasti akan datang. Sebab segala sesuatu yang akan datang itu dekat.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa bersabda dalam doa,
"Aku memohon kepada-Mu kelezatan memandang Wajah-Mu dan kerinduan berjumpa dengan-Mu.
Sebagian orang berkata, "Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa rindu berjumpa dengan Allah. Kerinduan beliau tidak semata ingin berjumpa dengan Allah, tapi kerinduan ini memiliki seratus bagian. Sembilan puluh sembilan bagi beliau dan satu bagian dibagi-bagi kepada umat. Beliau ingin agar satu bagian ini ditambahkan kepada bagian kerinduan yang dikhususkan bagi beliau. Allahlah yang lebih tahu."
Rindu merupakan salah satu pengaruh dan hukum cinta. Rindu merupakan perjalanan hati menuju kekasih dalam keadaan bagaimana pun.
Ada yang berpendapat, rindu adalah gejolak hati untuk bertemu kekasih.
Ada yang berpendapat, rindu dapat membakar hati dan menghentikan detak jantung. Cinta lebih tinggi daripada rindu, sebab rindu muncul dari cinta. Kuat dan lemahnya rindu ini tergantung kepada cinta.
Abu Utsman berkata, "Tanda rindu ialah menyukai mati asalkan mendatangkan ketenangan jiwa, seperti keadaan Yusuf Alaihis-Salam ketika dimasukkan ke dalam sumur. Dalam keadaan seperti ini beliau tidak berkata, "Matikanlah aku!" Begitu pula saat beliau dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi ketika semua urusan sudah beres, keamanan sudah terjamin dan nikmat ada di mana-mana, maka beliau berkata, "Matikanlah aku dalam keadaan berserah diri."
Ibnu Khafif berkata, "Rindu adalah ketenangan hati karena cinta dan keinginan untuk berjumpa serta berdekatan."
Saya katakan, bahwa di sini ada masalah yang diperselisihkan di antara orang-orang yang mencintai, apakah kerinduan itu bisa lenyap setelah ada pertemuan ataukah tidak? Tapi mereka tidak berbeda pendapat bahwa cinta tidak hilang karena ada pertemuan.
Di antara mereka ada yang berpendapat, rindu tidak hilang meskipun sudah ada pertemuan. Sebab rindu merupakan perjalanan hati kepada kekasihnya. Jika sudah sampai di hadapannya, maka rindu ini berganti menjadi kesenangan. Kesenangan ini menyatu dengan cinta dan tidak mengenyahkannya. Ada yang berpendapat, rindu semakin bertambah karena kedekatan dan pertemuan. Rindu tidak hilang karena pertemuan. Karena sebelum menerima kabar dan mengetahui, begitu pula sesudahnya, sudah ada kesaksian.
Al-Junaid berkata, "Aku pernah mendengar As-Sary berkata, "Rindu merupakan kedudukan yang mulia bagi orang yang memiliki ma'rifat.
Jika dia dapat mewujudkan kerinduan itu, maka perhatiannya hanya tertuju kepada siapa yang dia rindukan. Karena itu para penghuni surga senantiasa merindukan Allah, sekalipun mereka dekat dan dapat melihat- Nya."
Di antara bukti bahwa kerinduan justru semakin menggebu pada saat pertemuan, bahwa terkadang melihat orang yang jatuh cinta justru menangis jika bertemu orang yang dicintainya. Tangis itu karena kerinduannya dan cintanya yang amat besar. Maka saat bertemu itu justru dia mendapatkan kerinduan lain di samping kerinduan yang sudah-ada, yang tidak dia dapatkan saat berjauhan dengannya.
Letak pertentangan dalam masalah ini, bahwa yang dimaksudkan dengan rindu adalah gerakan hati dan kobarannya untuk bertemu kekasih.
Hal ini bisa hilang setelah ada pertemuan. Tetapi hal ini bisa menimbulkan kerinduan yang justru lebih besar lagi, yang membangkitkan kenikmatan untuk selalu berhubungan dan melihat keelokan kekasih.
Hal ini bisa bertambah karena pertemuan dan sama sekali tidak bisa hilang.
DERAJAT KERINDUAN
1. Kerinduan ahli ibadah kepada surga, agar yang takut merasa aman, yang sedih merasa gembira dan yang berharap merasa beruntung. Ada tiga hukum tentang kerinduan ahli ibadah untuk masuk surga, yaitu:
- Diperolehnya rasa aman yang mendorong harapan. Ketakutan yang tidak memberikan rasa aman dari segala sisi, tidak akan mampu mendorong orangnya untuk beramal, selagi tidak disertai harapan, yang kemudian berubah menjadi rasa putus asa.
- Kegembiraan orang yang sedih. Kesedihan yang tidak disertai kegembiraan, bisa membunuh orangnya. Sekiranya tidak ada ruh kegembiraan, maka kekuatan orang yang sedih akan merosot dan kesedihan akan selalu menyertainya. - Ruh keberuntungan. Jika orang yang berharap tidak disertai ruh harapan, maka harapannya akan mati .
2. Kerinduan kepada Allah. Kerinduan ini ditanam oleh cinta yang tumbuh di atas hamparan anugerah. Hati bergantung kepada sifat-sifat-Nya yang suci, lalu rindu untuk melihat kelembutan kemurahan-Nya, tanda-tanda kebaikan dan karunia-Nya. Ini adalah kerinduan yang tertutup kebaikan, mendekatkan perjalanan dan menguatkan kesabaran. Kerinduan kepada Allah sama sekali tidak menghapus kerinduan kepada surga, karena kenikmatan yang paling baik di surga adalah berdekatan dengan Allah, memandang-Nya dan mendengar kalam-Nya.
Kenikmatan kerinduan hanya semata kepada makanan, minuman dan bidadari di surga, adalah kerinduan yang sama sekali tidak sempurna, jika dibandingkan dengan kerinduan kepada Allah. Bahkan kerinduan ini tidak bisa diukur. Kerinduan ini ada dua tingkatan, salah satu di antaranya adalah kerinduan yang ditanam oleh cinta, yang penyebabnya adalah kemurahan dan anugerah, melihat anugerah Allah, kemurahan
dan nikmat-Nya.
3. Kerinduan berupa api yang dinyalakan kesucian cinta, yang digerakkan hidup, yang disambar kebebasan derita cinta, dan yang tidak bisa dihentikan kecuali bertemu kekasih.
Kerinduan ini menyerupai api yang dinyalakan oleh kesucian cinta. Diserupakan dengan api, karena keadaannya yang berkobar di dalam relung hati. Kesucian cinta di sini merupakan isyarat bahwa itu merupakan cinta yang tidak dimaksudkan untuk mendapatkan karunia dan
kenikmatan, tapi merupakan cinta yang bergantung kepada Dzat dan sifat Allah. Digerakkan hidup, artinya orangnya tidak bisa diam untuk mendapatkan kenikmatan hidup. Kerinduan ini tidak bisa dihentikan kecuali bertemu kekasih, berarti harus ditunjang dengan kesabaran.
CEMBURU
Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Al-Ahwash, dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda
"Tidak ada seseorang yang lebih cemburu selain dari Allah. Di antara cemburu-Nya ialah Dia mengharamkan kekejian yang tampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain dari Allah. Karena itulah Dia memuji Diri-Nya. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai alasan selain dari Allah. Karena itu Dia mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan."
Di dalam Ash-Shahih juga disebutkan dari hadits Abu Salamah, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihiwa Sallam bersabda
"Sesungguhnya Allah itu cemburu dan sesungguhnya orang Mukmin itu cemburu. Kecemburuan Allah ialah jika hamba melakukan apa yang diharamkan-Nya."
MACAM DAN JENIS CEMBURU
Cemburu dari sesuatu dan cemburu terhadap sesuatu.
Cemburu dari sesuatu ialah kebencianmu kepada sesuatu yang bersekutu dalam mencintai kekasihmu.
Sedangkan cemburu terhadap sesuatu ialah hasratmu yang menggebu terhadap kekasih, sehingga engkau merasa takut andaikan orang lain beruntung mendapatkannya atau ada orang lain yang bersekutu untuk mendapatkannya.
Jenis cemburu yang lain yaitu : Cemburu Allah terhadap hamba-Nya, dan cemburu hamba bagi Allah dan bukan cemburu terhadap Allah.
Cemburu Allah terhadap hamba-Nya ialah tidak menjadikan manusia sebagai hamba bagi makhluk-Nya, tapi menjadikannya sebagai hamba bagi Diri-Nya dan tidak menjadikannya sekutu dalam penghambaan ini.
Ini merupakan cemburu yang paling tinggi.
Sedangkan cemburu hamba bagi Allah ada dua macam:
Cemburu dari dirinya dan cemburu dari selain-nya.
Cemburu dari dirinya ialah tidak menjadikan sesuatu dari perkataan, perbuatan, keadaan, waktu dan napasnya bagi selain Allah. Sedangkan cemburu dari selainnya ialah marah jika ada pelanggaran terhadap hal-hal
yang diharamkan Allah atau ada pengabaian terhadap hak-hak Allah.
Cemburu hamba terhadap Allah merupakan kebodohan dan kebatilan yang besar, pelakunya adalah orang yang amat bodoh, yang bisa menyeretnya kepada penentangan tanpa disadarinya dan membuatnya menyimpang dari Islam, atau bisa membuatnya berbuat lebih jahat terhadap orang-orang yang berjalan kepada Allah daripada para perampok jalanan. Mengapa harus cemburu terhadap Allah dan bukannya cemburu bagi Allah, yang mengharuskannya mengagungkan hak-Nya dan membersihkan amal serta keadaannya karena Allah? Orang yang berilmu tentu akan cemburu karena Allah. Sedangkan orang bodoh cemburu terhadap Allah. Maka tidak bisa dikatakan, "Aku cemburu terhadap Allah, tapi aku cemburu bagi Allah."
DERAJAT KECEMBURUAN
1. Kecemburuan ahli ibadah terhadap sesuatu yang hilang namun dia dapat menutupi apa yang hilang, dapat mengejar yang tertinggal dan dapat mengembalikan kekuatannya.
Ahli ibadah di sini adalah orang yang beramal shalih berdasarkan ilmu yang bermanfaat. Karena cemburunya terhadap amal shalih yang hilang, maka dia berusaha memperoleh kembali apa yang hilang itu dengan amal lain yang serupa dengannya, meneliti ibadah-ibadah nafilah dan wirid yang hilang lalu mengerjakan ibadah-ibadah serupa atau yang sejenis, mengqadha' mana yang bisa diqadha' dan mengganti mana yang bisa diganti Perbedaan antara memperoleh kembali apa yang hilang dan mendapatkan kembali yang tertinggal, yang pertama adalah kemungkinan memperoleh kembali sesuatu yang hilang dalam bentuk yang sama, seperti orang yang tidak bisa menunaikan haji pada tahun tertentu yang sebenarnya memungkinkan baginya untuk menunaikannya, lalu dia bisa memperoleh kembali haji yang sama pada tahu berikutnya. Begitu pula orang yang menunda pembayaran zakat pada waktu yang telah ditetapkan, lalu dia bisa mengeluarkan zakat itu pada waktu lain.
Sedangkan mendapatkan kembali yang tertinggal, ialah mendapat-kan kembali hal yang serupa dengannya, seperti mengqadha' shalat yang tertinggal dari waktu pelaksanaannya. Sedangkan mengembalikan
kekuatan artinya mendapatkan kembali kekuatan itu dengan menggunakannya dalam ketaatan sebelum kekuatannya melemah. Dia cemburu terhadap kekuatannya jika kekuatan itu hilang percuma bukan untuk ketaatan kepada Allah. Inilah cemburunya hamba terhadap amal.
2. Kecemburuan orang yang mencintai, yaitu cemburu terhadap waktu yang tertinggal, dan ini merupakan cemburu yang bisa membunuh, sebab waktu itu cepat berlalunya dan lambat kembalinya.
Orang yang mencintai adalah ahli ibadah dan ahli ibadah adalah orang yang mencintai. Tapi sebutan ahli ibadah lebih dikhususkan terhadap orang yang mengerjakan amal secara murni. Orang yang mencintai namun bukan ahli ibadah adalah orang zindiq, sedangkan ahli ibadah yang tidak mencintai adalah orang yang takabur.
Waktu menurut ahli ibadah ialah untuk mengerjakan ibadah dan wirid, sedangkan menurut orang yang mencintai ialah untuk menghadap kepada Allah dan menyatukan hati dengan-Nya. Waktu bagi dirinya adalah sesuatu yang paling beharga. Dia cemburu terhadap waktu jika berlalu tanpa termanfaatkan untuk itu. Jika waktu ini sudah berlalu, maka dia akan bisa mendapatkannya kembali, sebab waktu berikutnya digunakan untuk mengerjakan kewajibannya yang khusus, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Musnad secara marfu', "Siapa yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan secara sengaja tanpa ada alasan, maka dia tidak bisa mengqadha'nya dengan puasa setahun penuh, sekalipun selama setahun itu dia berpuasa."
Dikatakan cemburu yang bisa membunuh, karena memang cemburu ini bisa mendatangkan bahaya besar yang menyerupai kemampuan untuk membunuh, karena kerugian kehilangan ini memang benar-benar bisa membunuh, apalagi jika orangnya mengetahui bahwa dia sama sekali tidak memperolehnya kembali. Waktu itu juga cepat berlalunya, cepat hilangnya, seperti berlalunya awan, hilang begitu saja dan tidak bisa kembali, kecuali pengaruh dan hukumnya. Maka dari itu pilihlah yang terbaik bagi dirimu dari waktunya agar manfaatnya kembali kepada dirimu sendiri. Maka kelak dikatakan kepada orang-orang yang berbahagia,
"Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kalian kcrjakan pada hari-hari yang telah lalu." (Al-Haqqah: 24).
Sementara kepada orang-orang yang menderita dikatakan,
"Yang demikian disebabkan karena kalian bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kalian suka bersuka ria (dalam kemaksiatan)." (Al-Mukmin: 75).
3. Kecemburuan orang yang memiliki ma'rifat terhadap mata yang tertutup tabir, cemburu terhadap rahasia yang tertutup kotoran dan cemburu terhadap napas yang bergantung kepada harapan atau berpaling kepada pemberian.
Orang yang memiliki ma'rifat ini cemburu terhadap pandangan yang tertutup tabir atau hijab. Maksud rahasia dalam perkataan Syaikh di sini adalah keadaan antara hamba dan Allah. Jika keadaan ini tertutup kotoran, maka orangnya akan memohon pertolongan, sebagaimana orang yang sedang mendapat siksaan meminta pertolongan agar dibebaskan
dari siksaan.
Jadi dia cemburu terhadap keadaannya yang tertutup oleh kotoran. Dia juga cemburu terhadap napasnya, jika napas itu bergantung kepada harapan akan datangnya pahala, sementara ia tidak bergantung kepada kehendak Allah dan cinta-Nya.
Dia juga cemburu jika berpaling kepada pemberian dari selain Allah, lalu dia ridha. Tidak selayaknya dia bergantung kecuali kepada Allah semata dan tidak berpaling kecuali kepada Allah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.
sumber :MADARIJUS
SALIKIN (PENDAKIAN MENUJU ALLAH) Penjabaran Kongkret"Iyyaka Na 'budu wa Iyyaka Nasta'in"oleh IBNUL QOYYIM AL-JAUZIYYAH
0 komentar:
Posting Komentar