Home » » TIPU DAYA SETAN ATAS NAMA CINTA

TIPU DAYA SETAN ATAS NAMA CINTA

Jangan obral kata cinta yang berdasarkan hawa nafsu belaka dengan menyandarkan pada hadist Rosululloh Shallallohu'alaihi wa sallam.

"Jika Allah mencintai seorang hamba, maka la menyeru, 'Wahai jibril, sesungguhnya aku mencintai Fulan, karena itu cintailah dia...!

Itu adalah sabda nabi yang mulia,maka jangan gunakan untuk menjustifikasi cinta yg hanya berlandaskan hawa nafsu belaka.

Setiap perbuatan dan gerakan di alam semesta ini adalah berasal dari cinta dan keinginan. Kedua hal itulah yang mengawali segala pekerjaan dan gerakan, sebagaimana benci dan ketidaksukaan yang mengawali untuk meninggalkan dan menahan diri dari sesuatu.

Cinta menggerakkan seorang pecinta untuk mencari yang dicintai nya, dan kecintaannya akan sempurna manakala ia telah mendapatkan-nya. Maka, cinta itulah yang menggerakkan pecinta Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), pecinta Al-Qur'an, pecinta ilmu dan iman, pecinta mate-ri dan uang, pecinta berhala-berhala dan salib, pecinta wanita dan anak-anak, pecinta tanah dan air dan cinta pula yang menggerakkan pecinta saudara-saudaranya. Hatinya akan tergerak kepada yang dicintainya dari hal-hal di atas. Hatinya tergerak saat yang dicintainya disebutkan, dan tidak ketika disebutkan yang lain. Karena itu engkau dapati pecinta wanita dan anak-anak, pecinta nyanyian dan qur'an syetan, mereka tidak tergerak hatinya ketika mendengarkan ilmu dan kesaksian iman, juga tidak ketika dibacakan Al-Qur'an. Tetapi, saat disebutkan yang dicintai-nya, serta-merta bangkitlah jiwanya, tergeraklah lahir batinnya, karena rindu dan menikmati yang dicintainya, meski sekedar disebut namanya.

Semua kecintaan tersebut adalah batil kecuali kecintaan kepada Allah dan konsekwensi dari kecintaan pada-Nya, yaitu cinta kepada rasul, kitab, agama dan para kekasih-Nya. Berbagai kecintaan inilah yang abadi , dan abadi pula buah serta kenikmatannya sesuai dengan abadinya keter-gantungan orang tersebut pada-Nya. Dan keutamaan cinta ini atas kecinta-an kepada yang lain sama dengan keutamaan orang yang bergantung pada-Nya atas orang yang bergantung pada yang lain. Jika hubungan para pecinta itu terputus, juga terputus pula sebab-sebab cintanya, maka cinta kepada-Nya akan tetap langgeng abadi.
Allah befirman,

"(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali." (Al-Baqarah: 166).

Adapun orang-orang ahli tauhid dan mereka yang ikhlas kepada Allah, maka hubungan mereka itu akan tetap tersambung, ia akan kekal sekekal Dzat yang disembah dan dicintainya. Sebab hubungan itu tergan-tung kepada yang dijadikannya sandaran, baik dalam kekekalan maupun keterputusan.

Termasuk tipu daya dan senjata syetan adalah fitnah yang ditebar-kannya terhadap para pecinta gambar-gambar (LAWAN JENIS). Dan demi Allah, ia adalah fitnah dan ujian yang sangat besar, di mana menjadikan nafsu menghamba kepada selain Pencipta-Nya, dan membuat hati para pecintanya terta-wan pada sesuatu yang rendah, ia mengobarkan peperangan antara ke-cintaan dengan tauhid, serta menyeru untuk berkasih sayang dengan setiap syetan yang terlaknat. Sehingga ia menjadikan hati sebagai ta-wanan hawa nafsu, dan hawa nafsu itu menjadi pemimpin serta pemutus setiap perkara. Maka hati menjadi semakin berat ujiannya, semakin penuh dengan fitnah. Hawa nafsu itu menghalangi hatinya kepada petun-juk yang menuntunnya, memalingkannya dari jalan tujuannya, lalu hawa nafsu itu membawanya di pasar perbudakan, lalu menjualnya dengan harga yang sangat murah, menukarnya dengan bagian yang sangat ren-dah dan sedikit, yakni kamar-kamar kegilaan, yang tentu hal itu jauh dari kedekatan dengan Yang Maha Penyayang. Maka, hati itu menjadi tentram dengan sesuatu yang rendah yang dicintainya, yang sakitnya berkali lipat daripada kenikmatannya, bahkan mendapatkannya adalah suatu sebab terbesar bagi kemadharatannya.

Dan betapa dekat berubah-nya kekasih itu menjadi musuh. Dan jika mampu, yang dicintainya itu sesungguhnya ingin berlepas diri daripadanya, sehingga seakan-akan ia tidak pernah dicintai. Dan meskipun yang bersangkutan menikmatinya di dunia fana ini, tetapi ia akan mendapatinya sebagai sesuatu yang me-nyakitkan kelak, apa lagi jika telah terjadi,

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf. 67).

Maka, alangkah meruginya pecinta yang menjual dirinya dengan harga yang sangat murah kepada selain yang seharusnya ia cintai perta-ma kali, juga kepada syahwat sesaat, yang cepat hilang kenikmatannya dan tinggal resikonya, cepat lenyap manfaatnya dan tetap mengendap madharatnya. Syahwat itu sirna dan yang tinggal hanya celaka, mabuk-nya hilang dan yang tinggal kerugian.

Sungguh amat ironi manakala dua kerugian itu bersatu pada diri seseorang; kerugian hilangnya kecintaan kepada Dzat tertinggi yang nikmat dan abadi, serta kerugian yang dirasakannya dari berbagai derita karena siksaan yang pedih. Dan di sanalah orang yang tertipu itu menge-tahui apa yang hilang daripadanya. Dan sungguh orang yang memiliki jiwa dan hatinya tak patut menjadi budak dan pengikut (nafsunya).

Dan musibah apakah yang lebih besar dari musibah raja yang diturun-kan dari singgasana kerajaannya, lalu ia dijadikan tawanan bagi orang yang tidak berhak meski sebagai hamba sahayanya, lalu ia dipaksa me-menuhi segenap perintah dan larangannya. Dan seandainya engkau lihat hatinya, sedang ia berada dalam belenggu kekasihnya, niscaya engkau melihat ia seperti,

"Burung pipit yang ada di tangan anak kecil, ia akan hilang dan le-nyap daripadanya, tetapi anak kecil itu tetap riang dan bermain-main."

Dan seandainya engkau menyaksikan tidur dan istirahatnya, niscaya engkau mengetahui bahwa cinta dan tidurnya telah bersepakat untuk tidak bertemu. Dan seandainya engkau menyaksikan aliran air matanya dan kobaran api dalam perutnya, niscaya engkau mengatakan,

"Mahasuci Allah, Tuhan Pemilik Arasy, Yang Mahadetail ciptaan-Nya, Pencipta dua hal berbeda yang tidak berlawanan; tetesan air darikobaran api di dalam perut, api dan air ada di satu bejana."

Dan seandainya engkau melihat menjalar dan merasuknya cinta dalam hati, niscaya engkau mengetahui bahwa cinta lebih halus me-rasuknya dalam hati daripada ruh dalam tubuhnya.

Lalu pantaskah orang yang berakal menjual miliknya yang taat itu (hati) kepada orang yang menggantinya dengan siksaan yang buruk, yang akan menghalanginya dari Tuhan yang dia sama sekali tidak bisa lepas daripada-Nya dan amat sangat membutuhkan-Nya?

Maka pecinta adalah korban pembunuhan oleh orang yang dicintai-nya, ia menjadi hamba yang tunduk dan hina di hadapannya. Jika ia me-nyerunya, maka ia pun memenuhi. Dan jika ditanyakan padanya, apa yang engkau cita-citakan? Maka orang itu adalah puncak dari yang dicita-citakannya, ia tidak merasa tentram dengan selainnya. Karena itu se-sungguhnya hendaknya ia tidak memberikan hatinya kecuali kepada Dzat Yang Mahaagung yang harus ia cintai, dan hendaknya ia tidak menjual bagiannya dengan sesuatu yang remeh.

Jika hal di atas telah jelas, maka diketahui bahwa dasar kecintaan yang terpuji yang diperintahkan Allah, dan yang karenanya Dia men-ciptakan makhluk-Nya adalah kecintaan kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu pun, yang mengandung penyembahan kepada-Nya dan tidak kepada yang lain. Dan sungguh ibadah tersebut mengandung puncak kecintaan dengan menghinakan diri sepenuhnya, dan hal itu tidak patut kecuali bagi Allah semata.

Karena itulah sehingga dakwah para rasul, sejak yang paling awal hingga yang terakhir, semuanya sama-sama mengajak untuk menyem-bah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan dasar ibadah, kesempurnaan serta kelengkapannya adalah cin-ta. Karena itu, cinta kepada Tuhan tersebut tidak boleh disekutukan dengan kecintaan kepada hamba-Nya.

"Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha-agung lagi Maha Penyayang, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Tuhan pemilik Arasy yang agung, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Tuhan pemilik bumi dan pemilik Arasy yang mulia (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (7/154), Muslim (2730) dari Ibnu Abbas. )

Jika telah diketahui bahwa segala aktivitas dasarnya adalah cinta dan keinginan, maka tentu harus ada yang dicintai dan diingini untuk diri itu sendiri, dan bukan dicari dan dicintai untuk lainnya. Sebab kalau setiap yang dicinta untuk yang lain, maka akan terjadi mata rantai yang tak berujung dalam sebab dan tujuannya, dan hal tersebut adalah batil menurut kesepakatan orang-orang yang berakal.

Dan sesuatu terkadang dicintai pada satu sisinya, tetapi tidak pada sisi yang lain. Karena itu, tidak ada suatu pun yang dicintai karena dzat-nya dalam segala sisinya kecuali Allah Yang Mahaesa semata, yang ti-dak berhak menyandang ketuhanan kecuali Diri-Nya. Dan seandainya di langit dan di bumi terdapat tuhan-tuhan lain selain Allah, niscaya ter-jadilah kebinasaan. Dan Ilahiyah (ketuhanan) yang diserukan para rasul kepada masing-masing umatnya untuk mentauhidkan Tuhan, yaitu: Ibadah dan penyembahan. Dan di antara konsekwensinya yaitu meng-esakan Ketuhanan yang juga diakui oleh orang-orang musyrik. Dan Allah menjadikan hal ini sebagai kesaksian atas mereka, sebab mengakui ke-esaan Ketuhanan Allah berarti harus mengakui dan merealisasikan pengesaan Allah dalam ibadah dan penyembahan.

Setiap yang hidup memiliki keinginan dan perbuatan sesuai dengan dirinya. Setiap yang bergerak memiliki tujuan mengapa ia bergerak. Dan tidak ada kemaslahatan baginya kecuali jika akhir tujuan geraknya adalah Allah semata. Sebagaimana tak berarti keberadaan dirinya ke-cuali dengan menjadikan Allah semata sebagai Tuhan dan Penciptanya. Ia ada karena Allah semata, dan kesempurnaan dirinya yaitu dengan menjadikan Allah sebagai tujuannya. Sesuatu yang tidak diciptakan-Nya, tidak akan ada dan sesuatu yang tidak karena-Nya, tidak akan bermanfaat, tidak akan kekal. Karena itu Allah befirman,

"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa." (Al-Anbiya': 22).

Dalam ayat tersebut Allah tidak befirman, "Niscaya keduanya telah lenyap", sebab Allah Mahakuasa mengkekalkannya dalam keadaan rusak. Di sini menunjukkan bahwa keduanya tidak akan baik kecuali jika Pencipta keduanya adalah Tuhan Yang Mahaesa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan sungguh kebaikan suatu amal atau aktivitas adalah tergan-tung pada niat dan tujuannya, maka setiap pekerjaan tergantung pada niat, tujuan dan keinginan pelakunya Dan klasifikasi pekerjaan menjadi baik dan rusak terkadang tergan-tung pada jenis pekerjaan itu sendiri dan terkadang tergantung pada tujuan dan niatnya.

Adapun klasifikasi cinta dan keinginan menjadi bermanfaat dan me-rusak, maka hal itu tergantung dengan yang dicintai dan yang diingini. Jika yang dicintai dan diingini itu sesuatu yang tidak patut untuk dicintai dzatnya kecuali Dia, dan bahwa Dia adalah puncak kecintaan yang ter-tinggi, yang tidak akan ada kebaikan, keberuntungan dan kesenangan bagi hamba kecuali dengan menjadikan-Nya sebagai satu-satunya yang dicinta, yang diingini dan puncak yang dicari, maka kecintaannya itu adalah kecintaan yang bermanfaat baginya. Tetapi, jika yang dicintai, diingini dan dicari itu selain-Nya, maka kecintaannya itu akan membaha-yakan baginya, bahkan sebagai siksa dan derita.

Maka, kecintaan yang bermanfaat adalah kecintaan yang memberi-kan apa yang bermanfaat bagi pemiliknya dari berbagai kebahagiaan dan kenikmatan. Sedangkan kecintaan yang berbahaya adalah kecintaan yang membahayakan pemiliknya, membuatnya tersiksa dan menderita.

kecintaan yang bermanfaat ada tiga macam: Cinta kepada Allah, cinta karena Allah dan cinta yang memotivasi ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat kepada-Nya. Sebaliknya, kecintaan yang membahayakan ada tiga macam pula: Menyekutukan cinta dengan Allah, cinta yang membuat kemurkaan Allah, serta cinta yang memutus-kan atau mengurangi kecintaannya kepada Allah. Ketiga macam cinta inilah poros segala kecintaan hamba. Maka, cinta kepada Allah adalah asal dari segala kecintaan yang terpuji, asal keimanan dan tauhid, sedang-kan dua macam cinta berikutnya merupakan cabang daripadanya. Dan menyekutukan cinta dengan Allah merupakan asal dari segala kesyirikandan kecintaan yang tercela, sedang dua macam berikutnya merupakan cabang daripadanya.

Sedangkan kecintaan kepada gambar-gambar yang diharamkan akan menjerumuskan pelakunya pada kemusyrikan. Dan setiap kali seorang hamba lebih dekat kepada syirik dan jauh dari ikhlas, maka setiap itu pula kecintaannya kepada gambar-gambar juga semakin kuat. Sebalik-nya, setiap kali seseorang lebih ikhlas dan lebih bertauhid, maka setiap itu pula ia semakin jauh dari kecintaan kepada gambar-gambar. Karena itu, istri raja (dalam kisah Nabi Yusuf Alaihis-Salam) terpikat begitu dalam oleh cinta (kepada Yusuf Alaihis-Salam) karena kesyirikannya, sedangkan Yusuf Ash-Shiddiq Alaihis-Salam selamat daripadanya karena keikhlasannya kepada Allah. Allah befirman

"Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kecintaan (pada kemungkaran) dan zina. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba Kami yang ikhlas." (Yusuf: 24).

As-Su' dalam ayat di atas adalah berarti al-'isyq kecintaan (pada ke-mungkaran), sedangkan al-fahsya' berarti zina. Maka orang yang mukhlis adalah orang yang memurnikan kecinta-annya hanya semata kepada Allah, karena itu Allah menyelamatkannya dari fitnah kecintaan kepada gambar-gambar. Sedangkan orang musyrik, hatinya senantiasa bergantung kepada selain Allah, ia tidak memurnikan ketauhidan dan cintanya hanya kepada Allah semata.

Termasuk puncak tipu daya syetan dan olok-olokannya kepada orang-orang yang terkena fitnah dengan gambar-gambar yaitu syetan itu memberikan angan-angan dan dalih kepada salah seorang dari mere-ka bahwa dia tidak mencintai wanita bukan mahramnya itu, atau anak kecil yang tampan tersebut kecuali karena Allah semata, tidak untuk suatu kemungkaran (zina). Karena itu syetan memerintahkan agar dia menjalin persaudaraan dengan mereka. Padahal ini termasuk jenis mu-khadanah (mengambil wanita atau pria sebagai kekasih yang ia berzina dengannya), bahkan ia termasuk mukhadanah secara rahasia, seperti para wanita yang memiliki kekasih-kekasih sebagai piaraan (yang Allah memperingatkan agar kita tidak menikah dengan mereka, dan menyebut mereka sebagai wanita-wanita yang tidak memelihara diri

.Allah befir-man

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan. diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.(QS.5;5)

Dan barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain[285], karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Qs.4:25)

Orang-orang tersebut menampakkan kepada manusia bahwa kecin-taan mereka terhadap gambar-gambar (lawan jenisnya) tersebut adalah karena Allah, padahal maksud hatinya adalah menjadikannya sebagai kekasih gelap. Mereka bernikmat-nikmat dengan kekasih gelapnya ter-sebut, atau menikmatinya dengan sekedar memandangi-nya, berkasih-kasihan lalu mereka mengatakan bahwa hal itu adalah karena Allah semata, dan bahwa itu adalah suatu bentuk pendekatan diri kepada Allah dan ketaatan. Padahal yang sesungguhnya, ia termasuk kesesatan yang paling besar, serta termasuk pengubahan agama, sebab mereka menjadikan apa yang dibenci Allah sebagai se-suatu yang dicintai-Nya, dan ini adalah termasuk jenis syirik Sesuatu yang dicintai selain Allah adalah thaghut. Dan kepercayaan bahwa bernikmat-nikmat dengan percintaan, memandang dan meng-ambil kekasih serta bermesraan sebagai suatu pencarian karena Allah dan ia berarti kecintaan kepada-Nya adalah suatu kekufuran dan kesyirik-an. Dan itu sama dengan kepercayaan para pecinta patung dan berhala.

Dan banyak orang yang kebodohannya sampai pada batas memper-cayai bahwa tolong-menolong dalam kekejian (zina) adalah berarti to-long-menolong dalam kebajikan, dan bahwa pihak yang menerima cinta telah berbuat baik terhadap orang yang mencintainya, karena itu ia ber-hak mendapat pahala, dan mengambil dalil bahwa ia telah berusaha untuk mengobati dan menyembuhkannya, bahkan ia telah memberikan jalan keluar bagi penderitaan karena cintanya, dan mengambil dalil bah-wa,
"Barangsiapa yang membebaskan kesusahan seorang Mukmin dari berbagai kesusahannya di dunia, niscaya Allah akan membebaskan kesusah-an daripadanya dari berbagai kesusahan di Hari Kiamat.

MACAM-MACAM MANUSIA DALAM HAL CINTA KEPADA MAHLUK

1.mereka yang mempercayai bahwa kecintaan tersebut karena Allah. Hal ini banyak terjadi di kalangan orang-orang awam serta mereka yang menamakan dirinya sebagai orang-orang fakir dan sufi.

2. mereka yang mengetahui dalam hatinya bahwa hal tersebut bukan karena Allah, tetapi mereka menampakkannya bahwa hal itu karena Allah, sebagai bentuk penipuan dan menutupi diri. Golongan ini, dari satu sisi, lebih dekat untuk mendapatkan ampunan daripada golongan yang pertama, sebab mereka masih diharapkan mau bertau-bat. Tetapi di sisi lain, mereka lebih keji, sebab mereka mengetahui bahwa hal itu diharamkan tetapi mereka melanggarnya. Sebagian dari mereka mungkin ada yang jatuh pada perkara syubhat, sebagaimana syubhat sebagian besar yang menganggap bahwa mendengarkan suara nyanyian adalah suatu bentuk pendekatan diri kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya. Bahkan hal tersebut terjadi pada orang-orang yang dike-hendaki Allah dari kalangan orang-orang zuhud dan ahli ibadah. Demikian pula orang yang ilmu dan imannya lemah jatuh pada syubhat yang meng-anggap bahwa menikmati gambar-gambar (lawan jenis), menyaksikan-nya dan bermesraan dengannya merupakan suatu ibadah dan pendekatan kepada Allah.

3. mereka yang memiliki maksud melakukan ke-mungkaran besar (zina). Lalu Mereka berkata, "Kami berbuat sesuatu karena Allah, dan kami melaksanakan perintah selain perintah Allah."
Terkadang mereka juga termasuk kelompok kedua yang menam-pakkan bahwa percintaan (mereka dengan lawan jenis) karena Allah, padahal mereka mengetahui bahwa yang diperintahkan adalah bukan demikian. Karena itu, mereka mengumpulkan antara dusta dan zina Dan dengan percintaan serta pemilikan kekasih tersebut, mereka ingin menandingi pernikahan . Lalu, pertemanan di antara mereka terkadang menyerupai perte-manan dan persaudaraan yang terjadi antara dua orang yang saling ber-cinta dan bersaudara karena Allah, tetapi orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah, dan bahwa kecintaan dua orang yang men-cintai karena Allah akan senantiasa bertambah kuat dan teguh, sedang kecintaan syaithaniyah tersebut akan berakhir dengan sebaliknya

Dan kadang-kadang hubungan mereka (dalam percintaan) itu demi-kian dekat hingga mereka menamakannya pasangan suami-istri. Bahkan mereka berkata, "Si Fulan menikah dengan si Fulan." Demikian seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang mengolok-olok ayat-ayat Allah dan agama-Nya dari kalangan orang-orang fasik yang gila. Dan mungkin, banyak anak muda yang mempercayai kebenaran hal tersebut, serta mempercayai bahwa itulah yang dimaksud dengan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,

"Jika Allah mencintai seorang hamba, maka la menyeru, 'Wahai jibril, sesungguhnya aku mencintai Fulan, karena itu cintailah dia...!'

Lalu ia merasa dicintai di muka bumi ini, sehingga ia pun bangga karena dicintai, dan karenanya ia menyombongkan diri di tengah-tengah manusia, bahkan ia senang jika dikatakan, "Ia begitu dicintai semua orang, ia milik negeri, dan orang-orang sangat mengharap untuk dicintai oleh-nya", atau ucapan-ucapan yang sejenis.

Dan sungguh syetan telah mempermainkan mayoritas umat manusia sebagaimana anak kecil bermain bola. Dan syetan telah menjerumuskan mereka ke dalam kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan dalam berbagai bentuknya

MANAJEMAN QOLBU terjemahan dari Mawaridul Aman Al-Muntaqa min Ighatsatul Lahfan fi Mashayidisy Syaithan nya IBNUL QOYYIM AL-JAUZIYYAH)


0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. 'Ammah Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger